Alarm Shasa
masih berbaring di tempat tidurnya sambil menatap kalender yang
tergantung di dinding kamarnya. Mama baru saja keluar kamarnya setelah
membangunkan dirinya. Tiba-tiba mata Shasa terbelalak. Hah?! Empat hari
lagi mama ulang tahun! Aduuhh.. kok ia bisa lupa ya? Duh.. Shasa ingin
memberi kejutan yang berkesan buat mama tapi apa ya? Sebuah ide
melintas. Nanti sepulang sekolah ia akan menelepon papa di kantornya. Siapa tahu papa akan dapat memberinya ide. Tapi.. jangan sampai mama
mendengar pembicaraan mereka. Itu artinya Shasa harus menunggu
situasinya aman sebelum ia menelepon papa. Cepat-cepat Shasa bangkit
dari tidurnya. Kalau ia berlama-lama, bisa-bisa waktu subuh sudah
berlalu. Dari arah dapur tercium aroma nasi goreng yang menggugah
selera. Hmmm.. sedaapp! Hari
itu kebetulan tidak ada jadwal kursus. Sepulang sekolah Shasa bisa
sedikit bersantai sambil memerhatikan situasi. Ia harus memastikan mama
tidak mendengar percakapannya dengan papa.
Tak
lama kemudian dilihatnya mama masuk ke kamar mandi. Sreekk.. Sreekk..
rupanya mama sedang menyikat kamar mandi. Kesempatan yang dinantinya
sudah tiba! Shasa langsung melompat dari tempat tidurnya. Dihubunginya
papa yang sedang berada di kantor. Untung papa sedang tidak sibuk.
Diceritakannya kepada papa perihal ulang tahun mama.
“Bagaimana kalau papa memasak buat mama?” tanya Shasa.
“Memasak?! Wah.. Papa kan tidak bisa memasak, Sha,” kata papa.
“Kalau begitu jalan-jalan ke luar kota saja,” usul Shasa.
“Lohh.. nanti Shasa bagaimana? Shasa mau di rumah sendirian? Hari ulang tahun mama kan bukan hari Sabtu atau Minggu,” kata papa.
Shasa menepuk dahinya. Benar juga yang dikatakan papa.
“Pesan bunga saja, Pa,” Shasa mengemukakan usul lain.
“Wah.. seperti di sinetron saja,” komentar papa.
Shasa
tertawa mendengarnya. “Ya sudah kalau begitu papa belikan mama kado
saja. Nanti di kartunya ditulis dari Shasa dan papa,” kata Shasa.
“Terus kadonya apa?” tanya papa.
“Apa ya, Pa?” Shasa balik bertanya.
“Bagaimana
kalau nanti Papa sudah sampai rumah kita lanjutkan diskusi kita?” Papa
mengajukan usul. “Sekarang Papa harus menyiapkan bahan untuk rapat
dengan klien,” kata papa.
“Nanti mama bisa tahu rencana kita dong, Pa,” kata Shasa.
“Kita kan bisa curi-curi kesempatan,” papa menenangkan Shasa.
Shasa terkikik mendengarnya. Duhh.. ada-ada saja papa ini. Curi-curi kesempatan? Kok seperti judul sinetron saja.
Malam
harinya, setelah melalui perdebatan seru antara Shasa dan papa,
tercapai juga kata sepakat kejutan apa yang akan diberikan untuk mama
yang akan berulang tahun. Papa dan Shasa akan menyiapkan sarapan untuk mama. Menunya Roti Bakar yang dalamnya ditaburi meises dan susu kental.
Bagian luarnya diberi parutan keju dan ditambahkan susu kental. Minumnya
teh hijau kesukaan mama. Hmmm.. Membayangkannya saja sudah membuat air
liur Shasa menetes.
Untuk memuluskan rencana mereka, Shasa sengaja merayu mama menemaninya tidur.
“Biasanya Shasa tidur sendiri di kamar Shasa. Kenapa malam ini minta ditemani?” mama mengerutkan keningnya.
“Shasa kangen ingin ditemani mama. Sekali ini saja deh, Ma, ya..ya..ya..” Shasa mengeluarkan jurus rayuannya.
“Sekali ini saja loh, Sha,” mama menegaskan.
Shasa melonjak dan memeluk mama. Hmmm.. Besok mama pasti senang ketika bangun pagi sarapannya sudah tersedia.
Keesokan paginya sebuah tepukan dan ciuman membangunkan Shasa.
“Ayo bangun sayang.. Nanti kesiangan loh..” sebuah suara lembut terdengar.
Shasa
membuka matanya. Dilihatnya mama sedang tersenyum memandangnya. Shasa
mengucek-ngucek matanya. Direntangkannya tangannya dan diputarnya
badannya ke kiri dan ke kanan. Sesuatu tiba-tiba menyentakkannya.
Mengapa mama yang membangunkannya? Bukankah seharusnya papa yang
membangunkan dirinya dan bersama-sama mereka akan mengucapkan selamat
ulang tahun untuk mama?
Setelah
mama keluar dari kamarnya, Shasa berlari menuju kamar orangtuanya.
Dibukanya pintu kamar dan dilihatnya papa masih berbaring di tempat
tidur. Shasa menarik selimut yang menutupi papa. Ditepuk-tepuknya pipi
papa.
“Pa..
Papa.. bangun dong.. Rencana kita gagal nih, Pa,” Shasa menarik selimut
yang menyelimuti papa. Dilihatnya mata papa mulai bergerak-gerak.
“Aduh papa.. sarapannya bagaimana?” Shasa menggoyang-goyangkan tubuh papanya.
Papa terduduk dengan terkejut.
“Lohh.. kenapa alarmnya tidak berbunyi ya, Sha?” tanya papa bingung. Mereka berpandangan. Sama-sama tidak tahu harus bagaimana.
Mama muncul di pintu kamar dan memandang mereka berdua dengan heran.
“Kalian bukannya Sholat Subuh kok malah bengong di tempat tidur?” tanya mama.
Papa dan Shasa berpandangan.
“Semalam Papa menyalakan alarm tapi kenapa tidak berbunyi ya?” tanya Papa bingung.
“Oohh..
Alarmnya berbunyi tapi berhubung mama lihat papa tidak terbangun ya
mama matikan. Lagipula Mama lihat baru pukul setengah lima pagi.” kata
mama.
“Memangnya ada apa sih?” tanya mama sedikit bingung.
“Rencananya
papa mau bangun pagi dan menyiapkan sarapan buat mama. Hari ini mama
kan berulang tahun. Tapi ternyata papa malah bangun kesiangan,” kata
Shasa sambil memandang sebal ke arah papa.
“Habis
alarmnya bunyinya berbisik sih jadi tidak terdengar oleh Papa,” kilah
Papa. Mama tertawa kecil mendengarnya. Ada-ada saja Papa ini masa’ alarm
bisa berbisik.
“Selamat Ulang Tahun, Ma,” Papa berkata sambil menghampiri mama dan mencium pipi mama.
Shasa tidak mau kalah. Diciumnya kedua pipi mama.
“Terima
kasih Papa. Terima kasih Shasa sayang. Buat Mama, kalian ingat ulang
tahun Mama sudah merupakan kejutan yang indah,” kata mama sambil memeluk
Shasa.
“Sekarang lekas Sholat Subuh. Setelah itu Shasa mandi dan sarapan,” perintah mama.
Sebelum
mengambil air wudhu, Shasa sempat melihat menu sarapannya. Roti bakar
meises dengan parutan keju dan susu kental. Uhmm.. Mantap!!
“Gara-gara
alarm berbisik, Shasa gak jadi deh menikmati roti bakar buatan Papa,”
komentar Shasa membuat mama tertawa lepas sementara papa tersipu malu.
Erlita Pratiwi
erlitapratiwi @cbn .net .id
Erlita Pratiwi
erlitapratiwi @cbn .net .id



Posting Komentar