Shasa
 kembali melihat jam dinding di ruang tamu. Duuhh.. kok belum datang 
juga ya? Tak sabar rasanya Shasa ingin segera berjumpa dengan Tante Eni,
 Om Lars dan Jennifer. Tante Eni adalah sepupu mama Shasa. Setelah 
menikah dengan Om Lars, ia menetap di Jerman, negara asal Om Lars. 
Sedangkan Jennifer adalah anak mereka. Ini adalah kali pertama Jennifer 
mengunjungi Indonesia.
Sebuah
 taksi berhenti di depan rumah Shasa. Seorang perempuan turun dari 
taksi. Di belakangnya, tampak seorang gadis kecil berambut pirang. Sosok
 lelaki tinggi besar berkulit putih dengan rambut pirang menutup pintu 
taksi di sisi yang lain.
“Maa..
 Tante Eni datang..”, teriak Shasa. Mama, papa dan Shasa bergegas ke 
luar. Tante Eni memeluk mama. Maklumlah, sudah tiga tahun mereka tak 
saling berjumpa.
“Wahh.. Shasa sudah besar ya,” kata Tante Eni.
Shasa
 tersenyum malu-malu sambil mencium tangan Tante Eni. Matanya segera 
beralih menatap Jennifer yang berdiri di hadapannya. Ternyata Jennifer 
lebih cantik dari yang Shasa lihat di foto. Kulitnya putih. Rambutnya 
ikal dan berwarna pirang. Matanya coklat terang.
“Hallo, apa kabar?” kata Jennifer sambil menyalami Shasa. Ternyata Jennifer bisa berbahasa Indonesia! 
Bersama-sama
 mereka menuju taman di samping rumah. Di atas meja kecil di dekat kolam
 ikan, mama sudah menyiapkan penganan dan es kelapa muda yang bisa 
dinikmati bersama sambil mengobrol.
Berdua
 dengan Jennifer, Shasa asyik bermain boneka. Bahasa yang digunakan 
tentu saja bahasa Indonesia diselingi dengan bahasa Inggris. Sesekali 
kalau ada yang tidak dimengerti, Shasa bertanya kepada mama. Sementara 
kalau Jennifer menemui kesulitan bicara dalam bahasa Indonesia, Tante 
Eni membantu menerjemahkannya. Ternyata.. Jennifer itu bisa berbahasa 
Indonesia, Inggris dan Jerman! Menurut cerita Jennifer, ia belajar 
bahasa Inggris. Sementara di rumah, ia belajar bahasa Indonesia dari 
mamanya. Wahh.. Shasa jadi malu. Selama ini ia suka malas-malasan kalau 
disuruh mama les bahasa Inggris. 
Tengah
 mereka asyik bermain, Jennifer minta diantarkan ke kamar mandi. Dengan 
senang hati, Shasa mengantarkannya. Ketika mereka melewati ruang tamu, 
kebetulan Jennifer melihat ke arah dinding dan tampak terkejut. 
Serangkaian kata-kata dalam bahasa Jerman meluncur dari mulutnya. 
Kemudian ia berbalik dan lari ke luar sambil memanggil Tante Eni, 
mamanya.
Shasa
 kebingungan. Ada apa dengan Jennifer? Kenapa ia tampak terkejut? Shasa 
memandang sekeliling ruang tamu. Tidak terlihat ada yang aneh. Di 
dinding ruang tamu juga tidak ada yang aneh. Hanya tampak seekor Cicak 
di dekat foto perkawinan mama dan papa.
Tak
 lama Jennifer masuk sambil menarik-narik tangan mamanya sementara 
tangan yang satunya menunjuk-nunjuk ke arah dinding. Om Lars yang 
berjalan di belakang Tante Eni tampak terbelalak memandang arah yang 
ditunjuk Jennifer. Kata-kata dalam bahasa Jerman meluncur cepat dari 
mulutnya. Suasana menjadi ramai. Mama dan papa Shasa saling memandang 
kebingungan. Tiba-tiba tawa tante Eni meledak. Setelah berhasil 
meredakan tawanya, tante Eni kemudian menjelaskan bahwa Jennifer dan Om 
Lars heran melihat Cicak yang ada di dinding.
Oalaahhh.. Ada-ada saja Jennifer dan om Lars ini. Masa’ sih melihat
 Cicak saja sampai heboh seperti itu, pikir Shasa sambil tersenyum geli.
 Ternyata menurut tante Eni, di Jerman itu tidak ada Cicak. 
“Mommy, Cicaknya dibawa ke Jerman saja,” kata Jennifer. Om Lars mengangguk-anggukkan kepalanya dengan semangat.
Sekarang
 giliran Shasa yang terbelalak. Hah??! Cicaknya mau dibawa ke Jerman? 
Bagaimana cara menangkapnya? Bagaimana pula cara membawanya? Terus 
bagaimana makanannya? Masa’ sih harus menangkap nyamuk hidup-hidup?
“Aduuhh..
 bagaimana ya menerangkan soal Cicak ini?” tanya Tante Eni dengan 
bingung bercampur geli. “Bahasa Inggrisnya Cicak itu apa ya, Sha?” 
Sambil tertawa-tawa Shasa mengangkat bahu tanda tak tahu. “Kalau bahasa Inggrisnya Kadal sih Shasa tahu Tante,” kata Shasa sambil menyebutkan kata Lizard. 
Sayangnya kamus Bahasa Indonesia – Inggris yang ada di rumah Shasa sedang dipinjam Kak Nurul, tetangga sebelah rumah Shasa. Jadi mereka tidak bisa mencari tahu bahasa Inggrisnya Cicak.
Dengan susah payah Tante Eni menjelaskan bahwa Cicak itu adalah sejenis kadal. Tidak bisa ditangkap apalagi dibawa ke Jerman. 
Mendengar
 penjelasan Tante Eni, tawa Shasa semakin keras. Duuhh.. Ada-ada saja 
Tante Eni ini. Kalau Cicak disebut sebagai sejenis kadal, nanti lagu 
Cicak.. Cicak.. di dinding.. berubah menjadi Kadal.. Kadal.. di 
dinding.. diam-diam merayap..
Ha-ha-ha..!
Karya : Erlita Pratiwi (erlitapratiwi @ cbn. net. id)

 


+ komentar + 1 komentar
makasih infonya https://bit.ly/2BPFXyg
Posting Komentar