Ayah, Si Buruk Rupa

Minggu, 24 Juni 20120 komentar

Selama ini aku selalu berhasil melarang Ayah datang ke sekolah: mengantar, menjemput, atau untuk keperluan lain. Tentu saja aku tidak terang-terangan melarang. Aku punya cara supaya Ayah tidak merasa aku larang ke sekolah. Seperti musim pengambilan rapor kemarin dulu, misalnya.
“Ibu saja yang mengambil rapor, Yah. Ayah ‘kan capek,” kataku ketika itu.
“Tapi besok ‘kan Sabtu. Ayah libur, tidak ke mana-mana.”
“Setiap hari Ayah ‘kan kerja, cuma libur hari Sabtu dan Minggu. Jadi, Sabtu dan Minggu jatah Ayah duduk manis di rumah, baca-baca, nonton tivi, atau siram-siram bunga. Tenang saja, Yah. Dijamin, pokoknya raporku keren,” kataku mencoba ‘melarang’ Ayah ke sekolah.
“Oke, deh,” jawab Ayah dengan gayanya yang khas.
“Yes!” aku berteriak –dalam hati, tapi-- sambil mengepalkan tangan.
Kadang-kadang aku suka merasa berdosa karena sering menghalang-halangi Ayah ke sekolah. Habis, aku harus bagaimana. Kalau Ayah ke sekolah, semua temanku akan tahu penampilan ayahku tidak cool seperti ayah mereka. Bukan karena tidak bisa berdandan, tapi karena Ayah memang tidak menarik, baik wajah maupun postur tubuhnya. Sudah tidak tampan, kurus pula.

Sumber :
 http://www.ceritaanak.org/index.php?option=com_content&view=article&id=76:ayah-si-buruk-rupa&catid=40:cerita-anak-modern-orisinil&Itemid=60
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Nabilah Khansa Azzahra - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger