Dilarang melakukan kegiatan mistis
dalam bentuk apapun
di sekitar bangunan ini
Shasa
 membaca barisan kalimat di papan pengumuman itu dengan seksama. Masih 
pukul sembilan pagi namun tak urung kalimat itu membuat Shasa bergidik. 
Ia menggamit lengan mama yang berdiri di sampingnya.
“Memangnya di sini suka ada yang praktek dukun ya, Ma?” 
Mama mengernyitkan kening. “Praktek dukun apa?”
Shasa menunjuk ke arah pengumuman yang terpasang di halaman bangunan Lawang Sewu.
“Wah, Mama tidak tahu, Sha. Nanti kita tanyakan kepada pemandu-nya ya.”

“Memangnya kita akan masuk ke dalam gedung seram ini?” tanya Shasa memastikan.
“Ya
 iyalah,” mama menggerak-gerakkan bola matanya menirukan gaya bicara 
Shasa. “Sudah jauh-jauh ke Semarang, masa’ hanya berdiri di halaman 
Lawang Sewu saja sih.”
Shasa
 memandang gedung besar yang menjulang di hadapannya dengan perasaan 
seram. Liburan kali ini, papa, mama dan Shasa jalan-jalan ke Semarang. 
Hari ini mereka akan ke Lawang Sewu. 
Shasa
 mengikuti langkah mama dan papa dengan tetap berpegangan pada lengan 
mama. Di dalam gedung, Shasa mengendus-ngenduskan hidungnya.
“Kenapa?” mama bertanya heran
“Katanya kalau di suatu tempat tercium bau kentang rebus artinya ada hantunya, Ma.” Shasa menjelaskan.
Mama
 menjawil hidung Shasa dengan gemas. “Ada-ada saja kamu ini. Hantunya 
gak gaul tuh. Masa’ pakai parfumnya aroma kentang rebus sih?”
Shasa cemberut. Uhh.. mama ini! Diajak serius malah bercanda.
Seorang
 pemandu menemani mereka sambil menjelaskan sejarah Lawang Sewu. Lawang 
artinya pintu. Sewu artinya seribu. Jadi Lawang Sewu artinya pintu 
seribu. Dinamakan demikian karena jumlahnya pintunya banyak sekali. Luas
 lahannya saja kurang lebih dua hektar. Wuih… 
“Foto
 di sini, Dik, bagus loh!” pemandu wisata itu menunjuk ke arah ujung 
tangga. Kaca jendela di bagian itu adalah kaca patri yang bergambar 
seperti lukisan. 
“Nanti
 waktu mencetak fotonya, dilihat lagi dengan seksama ya, Pak. Siapa tahu
 ada penampakan.” Papa yang bersiap mengabadikan dengan kamera hanya 
tersenyum kecil. 
Shasa
 merapatkan tubuhnya ke tubuh mama. Duh.. kok malah semakin seram begini
 sih, keluh Shasa lagi. Sebenarnya Shasa bukan anak penakut tapi berada 
di dalam gedung besar yang dibangun pada jaman penjajahan Belanda ini 
benar-benar membuat nyali Shasa menciut. Apalagi gedung ini sudah lama 
kosong. Di beberapa tempat langit-langitnya tampak berlumut terkena air 
hujan yang masuk lewat atap yang bocor. Genangan air hujan tampak 
menggenang di beberapa sudut ruangan. Belum lagi lorong-lorong yang 
memanjang terasa hening dan mencekam. 
“Tempat ini beberapa kali dipakai untuk shooting film loh.”
Shasa
 mengernyitkan kening mendengar kata-kata pemandu wisata itu. Lebih 
tepat rasanya kalau gedung ini dijadikan tempat uji nyali, Shasa berkata
 dalam hati. 
“Sudah, yuk, Ma. Kita keluar saja.” Shasa berbisik sambil menggamit lengan mama.
“Loh, kita kan belum menjelajah ke semua bagian gedung ini.” protes mama.
“Kenapa, Dik? Takut ya?”
Shasa
 langsung cemberut mendengar kata-kata pemandu wisata itu. Uhh.. kok dia
 bisa dengar kata-kataku sih, gerutu Shasa. Masih sambil cemberut 
diikutinya pemandu wisata yang kini menaiki tangga batu 
menuju ruang yang ada di bawah atap. Dulunya ruangan yang berada di 
langit-langit ini dimanfaatkan sebagai gudang.
Aroma aneh langsung tercium begitu mereka melangkah ke dalam ruangan itu.
“Ma, ini bau apa?” Shasa bertanya setengah berbisik. “Jangan-jangan ini bau hantu, Ma.”
“Tapi
 ini kan bukan bau kentang rebus.” Mama membantah. Teringat apa yang 
dikatakan Shasa tentang bau kentang rebus dan keberadaan hantu.
“Mari
 kesini, disitu baunya tidak enak.” ajak pemandu wisata yang sedari tadi
 menemani mama, papa dan Shasa berkeliling Lawang Sewu.
“Ini bau apa sih, Mas?” tanya mama.
“Oh, itu bau parfum, Bu,” jawabnya.
“Parfum apa?” mama bertanya heran.
“Itu tuh, yang ada di atas.”
Dengan
 takut-takut Shasa memandang ke langit-langit ruangan. Takut kalau yang 
dilihatnya adalah makhluk mengerikan. Dan.. benar saja! Di langit-langit
 ruangan ada banyak makhluk kecil bersayap berwarna hitam. Matanya yang 
kecil menatap tajam. 
Shasa
 menarik nafas lega. Ternyata bau menyengat yang tercium adalah bau 
kotoran Kelelawar. Sesekali beberapa kelelawar itu terbang berpindah 
tempat bergantung. 
Oalahh… ternyata cuma bau kelelawar. Hampir saja Shasa mengira kalau yang ia cium adalah bau parfum hantu.. hehehe..
erlitapratiwi @cbn .net .id

 


Posting Komentar